PANGKEP SULSEL - Dalam setiap hamparan tanah, tersimpan potensi yang menunggu untuk diolah dan dimanfaatkan. Namun, realitas di sekitar kita menunjukkan bahwa masih banyak lahan terbengkalai, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, tak ada sejengkal tanah pun yang seharusnya tidak memberikan manfaat.
Demikian di ungkapkan Herman Djide, Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkep beberapa hari lalu saat menemui Andi Parenrengi kepala desa Padang Lampe Kecamatan Marang di kantor desa Padang Lampe.
Andi Parenrengi berkata bahwa di Desa Padang Lampe masih banyak masyarakat yang belum di maksimalkan pemanfaatannya dan hanya di tumbuhi semak belukar, dan inilah kita harapkan untuk mencari solusi agar masyarakat bisa sibuk dengan melakukan pengelolaan lahan miliknya.
Selain itu Andi Parenrengi juga berkata bahwa irigasi Tombolo yang selama ini harapan Petani sebagai sumber air irigasi terbesar di Marang yang bisa mrngairi luasan sawah ribuan hektar di 6 desa dan kelurahan.
Untuk diharapkan agar hal ini bisa menjadi perhatian besar dari Pemerintah pusat maupun provinsi untuk di kucurkan agar irigasi Tombolo di benahi saluran irigasi menuju sawah sawah.
" Kalau ini jadi di kerja pak, yakin setiap tahun kita bisa menghasilkan 1 Triliun uang pertahun" ujarnya.
Sementara itu Herman Djide berkata bahwa Lahan terbengkalai, Ironi di Tengah Kebutuhan di satu sisi, kita menghadapi keterbatasan lahan untuk pertanian, perumahan, dan industri. Di sisi lain, banyak lahan dibiarkan kosong, tak terurus, atau bahkan beralih fungsi secara tidak produktif. Banyak pekarangan rumah yang hanya menjadi tempat sampah, tanah di desa yang dibiarkan semak belukar, serta lahan tidur yang terbengkalai bertahun-tahun.
Jika kita melihat negara-negara maju seperti Jepang dan Belanda, mereka mampu mengoptimalkan setiap jengkal tanah yang mereka miliki. Jepang, misalnya, mengembangkan teknik pertanian vertikal di lahan sempit, sementara Belanda menciptakan sistem pengelolaan lahan yang memungkinkan mereka menjadi salah satu eksportir pangan terbesar dunia meski luas daratannya terbatas.
Memanfaatkan Lahan Sesuai Potensi
Setiap jenis tanah memiliki karakteristiknya sendiri, dan jika dikelola dengan bijak, tanah yang tampak tidak produktif pun bisa diubah menjadi sumber manfaat. Contohnya:
1. Pekarangan Rumah
Bisa dimanfaatkan untuk urban farming dengan menanam sayuran, rempah-rempah, atau buah-buahan.
Penggunaan sistem hidroponik atau vertikultur memungkinkan pertanian di ruang yang sempit
2. Lahan Kering atau Tandus
Bisa diubah menjadi ladang peternakan atau perkebunan dengan sistem irigasi yang tepat.
Teknik agroforestri dapat diterapkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan tanaman yang tahan terhadap kondisi ekstrem
3. Lahan Rawa dan Basah
Bisa digunakan untuk budidaya ikan air tawar, tambak udang, atau tanaman seperti kangkung dan talas.
Di beberapa daerah, lahan rawa dimanfaatkan untuk ekowisata atau konservasi mangrove yang juga berfungsi menahan abrasi
4. Lahan Perkotaan
Bisa disulap menjadi taman kota, hutan mini, atau ruang hijau yang meningkatkan kualitas udara.
Konsep rooftop farming bisa diterapkan untuk memanfaatkan atap gedung sebagai lahan pertanian perkotaan.
Gerakan Kolektif untuk Optimalisasi Tanah
Pemanfaatan tanah secara maksimal bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Setiap individu bisa berkontribusi dengan cara sederhana, seperti menanam pohon di halaman rumah, bergabung dalam komunitas pertanian kota, atau memanfaatkan lahan kosong di sekitar untuk proyek produktif.
Di sisi kebijakan, pemerintah perlu mendorong regulasi yang mendukung pemanfaatan lahan terlantar, termasuk insentif bagi pemilik tanah yang mengelolanya secara produktif. Selain itu, edukasi tentang pertanian modern dan wirausaha berbasis lahan bisa menjadi langkah penting untuk mengubah pola pikir masyarakat.
Kesimpulan
Tak ada sejengkal tanah pun yang tidak bisa bermanfaat jika kita mampu melihat potensinya. Dengan kreativitas, inovasi, dan kerja sama, lahan-lahan yang selama ini dianggap tidak berguna bisa menjadi sumber kesejahteraan. Saatnya kita mengubah pola pikir dan menjadikan setiap jengkal tanah sebagai aset berharga bagi masa depan.( Niar)